Kehadiran Indonesian Seafarer’s Corner dan Kontribusi WNI Cape Town

By Admin

nusakini.com--Perlindungan Anak Buah Kapal Indonesia bukanlah tugas baru yang dilakukan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Cape Town. Sejak tahun 1994, KJRI Cape Town sudah memfasilitasi ABK-ABK Indonesia yang singgah di Pelabuhan Cape Town dengan berbagai jenis pelayanan, dari pemberian alat-alat keselamatan kerja, pelatihan bahasa Inggris, maupun pelatihan life skills.

Rencana ke depannya, pelatihan life skills akan dikembangkan untuk dapat meliputi informasi terkait hukum, hak-hak ABK, ataupun pembelajaran teknis ABK yang diperlukan mereka untuk melaut. 

Interaksi para ABK Indonesia yang difasilitasi oleh KJRI Cape Town tidak hanya terbatas pada hal-hal di atas. Pada bulan puasa, misalnya, KJRI menyediakan ceramah keagamaan ataupun ifthar bersama. Pada hari-hari besar kenegaraan, mereka diundang oleh KJRI Cape Town untuk dapat beramah tamah dengan keluarga WNI di Cape Town sambil menyicipi makanan-makanan Indonesia yang mereka rindukan. 

Pada setiap sesi pertemuan yang dihadiri oleh para ABK Indonesia yang singgah di Cape Town, rata-rata jumlah mereka kurang lebih mencapai 60 orang. Jumlah tersebut sebenarnya fluktuatif dan tergantung musim. Pada bulan-bulan tertentu, seperti bulan April sampai dengan bulan Oktober. Jumlah ABK biasanya meningkat. Permasalahan pendataan masih dihadapi KJRI Cape Town. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya sumber daya manusia dan infrastruktur. 

Namun, semenjak bulan November 2017, persoalan infrastruktur pendataan seharusnya bukan masalah lagi bagi KJRI Cape Town untuk dapat mendata secara riil jumlah ABK yang singgah di pelabuhan Cape Town.

Kehadiran Indonesian Seafarer's Corner (ISC) atau rumah singgah ABK dapat menjadi solusi. ISC dapat menjadi tempat terpadu bagi penyediaan jasa pelayanan ABK karena letaknya yang terjangkau oleh ABK-ABK yang sedang singgah di pelabuhan Cape Town (berada di area pelabuhan). Dengan demikian, jumlah ABK Indonesia yang sedang berada di Cape Town dan melapor pun akan lebih mudah termonitor. Apalagi, interaksi para ABK Indonesia dengan KJRI Cape Town pun tidak lagi terbatas tatap muka, melainkan juga melalui media whatsapp group. 

Biasanya para ABK menghabiskan waktu sore sehabis kerja di kapal dengan bersantai di Mission to Seafarers – pusat aktivitas banyak ABK dari berbagai negara yang kapal-kapalnya bersandar di pelabuhan Cape Town disponsori oleh Komunitas Anglikan Cape Town. Namun, kini para ABK Indonesia sudah memiliki ruang berkomunitas sendiri di ISC. 

Aktivitas ABK Indonesia di ISC pun pada akhirnya dimulai pada tanggal 21 Maret 2018. Seminggu sebelumnya, kelas life skills yang biasanya terlaksana pada hari Rabu di sebuah ruangan khusus yang bertempat di Mission to Seafarers tidak dapat menampung lagi jumlah ABK Indonesia yang sedang singgah di Cape Town. Peserta kelas life skills mencapai jumlah 35 orang dan memiliki kecenderungan meningkat menjelang bulan April. Pada saat itulah, KJRI Cape Town memutuskan untuk memulai pendataan ABK dan kelas life skills ke ISC.       

Antusiasme ABK Indonesia sangat terlihat ketika menghadiri kelas life skills pertama pada hari Rabu, 21 Maret 2018 tersebut. Jumlah mereka membludak hingga 51 orang ABK. Semangat mereka yang tinggi untuk menghadiri juga diperlihatkan dengan adanya beberapa ABK yang memanfaatkan sesi tersebut untuk sharing permasalahan, kasus dan secara pribadi berkonsultasi mengenai kontrak kerja maupun gaji yang diterima.

Di tengah-tengah kelas, Ibu Echi Ismail, seorang WNI Cape Town yang bekerja sebagai food blogger makanan-makanan halal (https://www.halaalife.com/), menyumbangkan nasi rames dan kue-kue jajanan pasar Indonesia yang telah mengobati kerinduan para ABK akan tanah air.    

Para ABK Indonesia tersentuh hatinya ketika Ibu Echi Ismail menyampaikan pesan-pesan penyemangat pada saat sesi santap malam dengan mereka. “Jangan lupa berdoa Bapak-Bapak, kalau ada masalah apa-apa, diserahkan saja semua kepada Allah SWT, kalian tidak sendiri, kita semua keluarga yang perlu tolong menolong," demikian nasihat beliau. 

Peran dan kontribusi WNI di Cape Town seperti yang telah dilakukan Ibu Echi Ismail, didukung penuh oleh Konsul Jenderal RI di Cape Town. “Mendukung perlindungan WNI di luar negeri, termasuk ABK, merupakan tanggung jawab bersama, Pemerintah RI bersama-sama seluruh masyarakat Indonesia," tegas Konjen RI di Cape Town dalam berbagai kali sesi pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Cape Town. KJRI Cape Town mengundang banyak inisiatif kolaborasi dari WNI di Cape Town untuk memajukan dan mengembangkan ISC sekarang dan ke depannya.​ (p/ab)